
Cerita Si Birong-
Asri dan ketiga kawannya berlibur di rumah nenek Wati di kota Solo. Wati merupakan salah satu teman mereka sekolah. Mereka tiba dari Jakarta dengan kereta senja pukul 06.00 WIB dan bergegas mandi. Wati langsung mengajak keempat temannya, yaitu Pandu, Asri, Airin, dan Luki langsung menuju meja makan yang telah terhidang sarapan yang telah disiapkan nenek. Menu mereka terdiri dari sayur lodeh, sayur bobor, ayam goreng kampung, dan sambal terasi yang tampak menggugah selera. Bersama mereka duduk salah satu cucu nenek yang lain bernama Sita (adik Wati) berumur 7 tahun.
Pada saat sarapan pagi nenek mempersilakan teman-teman cucunya menyantap sarapan yang telah dihidangkan. Pandu memulai duluan mengambil sayur lodeh, lalu nenek sambil menunjukkan jari telunjuknya pada sayur yang diambil Pandu mengatakan “itu jangan”. Disusul dengan Asri mengambil sayur bobor, lalu nenek pun bilang lagi, “itu juga jangan”. Mereka berdua saling bertatapan dan mengurungkan niat mereka untuk mengambil sayur tersebut. Luki dan Airin tidak mau ketinggalan. Mereka penasaran, lalu mereka bersamaan mengambil sayur bobor dan sayur lodeh. Tapi nenek tetap keras mengatakan”nah itu jangan”. Sontak mereka berempat saling pandang dengan ekspresi muka menahan kesal. Setelah nenek berkata itu langsung nenek meninggalkan mereka dengan acuhnya. Pandu, Airin, Luki, Asri saling berpandangan. Mereka pikir kok semua sayur yang terhidang jangan dimakan kata nenek. Lalu mereka diam sejenak.
Spontan mereka berempat menegur Sita agar tidak memakan sayurnya karena nenek melarang. Sita langsung mengatakan kepada teman-teman kakaknya kalau semua sayuran itu boleh dimakan.
Diam-diam nenek mendengarkan percakapan antara cucu dan teman-temannya dari teras rumah. Tidak lama kemudian Wati menghampiri nenek dan mengatakan sudah ada kesalahpahaman antara teman-temannya terhadap sikap nenek. Lalu nenek kemudian tersenyum kepada Wati berjalan menuju rak buku yang ada di ruang keluarga. Lalu nenek mengambil sebuah buku resep masakan jawa.
Kemudian buku tersebut diberikan kepada anak-anak agar membaca buku resep tersebut. Nah ternyata setelah anak-anak itu membaca, mereka menemukan istilah “jangan” yang dilengkapi dengan gambar sayur yang siap saji di sebuah mangkok. Mereka kemudian saling pandang diiringi dengan senyum dan tertawa lebar. Kemudian mereka berlari menuju kepada nenek dan meraih tangannya untuk meminta maaf sebab salah paham pada sikap dan ungkapan nenek.
Tiba-tiba setelah meminta maaf kepada nenek, Luki menuju pintu rumah dan membukanya sambil mengatakan, “gerah”. Sita yang mendengar hal tersebut langsung menjawab, “kalau ‘gerah’ itu ya harus ke dokter”. Wajah Luki kembali tampak keheranan mendengar ucapan Sita sambil menyunggingkan senyuman kecil di bibirnya. (Gomala) (030620)